Oleh: M.T, Seorang Analis Sistem yang Belajar dari Orang Papua Pegunungan

Selama ini, nama Nduga kerap kali terdengar lewat berita-berita tentang konflik, kekerasan, dan ketegangan. Label “zona merah” seakan menjadi cap permanen yang menutup kemungkinan hadirnya cerita lain—cerita tentang harapan, inovasi, dan kemajuan. Tapi semua itu berubah saat saya sendiri datang, melihat, mendengar, dan merasakan langsung kehidupan masyarakat di Papua Pegunungan dan bertemu kolega dari Nduga.

Saya bukan orang Nduga. Tapi saya diberi kehormatan untuk bekerja bersama mereka—anak-anak muda cerdas, para intelektual Papua Pegunungan yang lahir dari tanah suci mereka sendiri. Mereka tidak datang membawa ketakutan, mereka hadir membawa masa depan. Mereka bukan hanya mengeluh, tapi bekerja. Bersama mereka, saya menyadari satu hal besar: Narasi tentang Papua pada umumnya dan terkhusus Nduga selama ini terlalu sempit. Terlalu semena-mena.

Mereka—para pemuda dan pemudi Nduga—tidak ingin terus menjadi korban dari narasi yang dibentuk dari luar. Mereka ingin menyuarakan sendiri kisah mereka. Mereka sedang membalik lensa, menunjukkan wajah Nduga yang sebenarnya: damai, bersatu, bermartabat, dan memiliki daya saing. Mereka tidak lagi menunggu “orang luar” untuk datang dan menyelamatkan, karena mereka sendiri kini yang memimpin perubahan.

Melalui gerakan digital yang kini diwujudkan dalam bentuk Website SDM Nduga, mereka menghadirkan sistem yang bukan hanya mencatat data, tapi juga menjadi saksi lahirnya transformasi lokal berbasis teknologi. Ini bukan hanya soal database mahasiswa. Ini tentang pengakuan terhadap martabat manusia. Tentang transparansi, tentang keadilan, dan tentang memperkuat hak untuk bermimpi setinggi-tingginya, dari Kenyam hingga kampus-kampus di luar negeri.

Saya melihat sendiri bagaimana mimpi itu lahir dari ruang-ruang diskusi, dari tangis saat menceritakan luka, dan dari tawa saat imajinasi dan menyusun baris-baris hijau yang anda rasahkan ini. Dan saya yakin, perubahan itu sedang berlangsung. Karena perubahan tidak selalu dimulai dari pusat. Kadang, perubahan datang dari tempat yang justru paling sering disalahpahami.

Kini saatnya dunia mendengar langsung dari Nduga. Bukan lagi tentang konflik. Tapi tentang inovasi, kolaborasi, dan masa depan.